BATAM – Jujitsu Asian Regional Championship Southeast Asia 2024 sukses digelar di Bali, Indonesia. Event spektakuler antar Asia Tenggara ini diharapkan menjadi jalan pembuka bagi Indonesia sebagai tuan rumah untuk turnamen jujitsu berskala Asia maupun dunia.
Dihelat di Bali, Kamis – Minggu, 4-7 Juli 2024, event ini mendapat perhatian langsung dari Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI/NOC), Raja Sapta Oktohari.
Ia berharap, kejuaraan regional Asia Tenggara ini bisa membuka jalan agar event berskala Asia maupun dunia bisa digelar di Indonesia. Tak hanya Bali, kata Oktohari, kota lain pun siap untuk menjadi tuan rumah.
“Saya sangat bangga, kali ini, Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah,” sebutnya.
Sebelumnya, kata dia, Indonesia memang pernah menjadi tuan rumah Asian Games. Cabang olahraga jujitsu, salah satu yang dipertandingkan. Tapi tahun 2018 lalu itu merupakan multievent. Untuk single event jujitsu, kali ini, sebuah gebrakan yang dilakukan Pengurus Besar Jujitsu Indonesia (PBJI) dengan sukses menggelar event terbesar se-Asia Tenggara.
Mahesa Arba, Head Local Organizer Jujitsu Asian Regional Championship Southeast Asia menyebut, kali ini ada enam negara yang mengirim atletnya untuk bertanding.
“Vietnam paling antusias,” sebut Mahesa. Lebih dari seratus atlet dikirim oleh Vietnam untuk merebut gelar Juara Umum. “Total semua negara yang ikut, lebih dari lima ratus pendaftar,” imbuh Mahesa.
Dijelaskan Mahesa, ratusan atlet tersebut bertanding pada kategori Contact Jujitsu, Fighting System, Duo Show dan Newaza/Jiujitsu. Sekilas, Mahesa menjelaskan, beragam nomor pertandingan itu ada yang berlaga dengan gaya full body contact layaknya laga MMA. Ada juga yang hanya dengan pukulan dan tendangan terkontrol lalu dilanjutkan dengan bantingan dan kuncian. Untuk duo show mempergakan gerakan lincah, indah, dan terkonsep. Di kategori lain ada laga jiujitsu atau disebut juga dengan newaza.
“Pada kategori newaza ini, tak diizinkan memakai teknik pukulan dan tendangan,” jelas pendiri Indonesia Spider Jujitsu (ISJ) ini.
Dari 95 nomor pertandingan, Vietnam berhasil menjadi Juara Umum dengan perolehan 52 emas, 55 perak dan 44 perunggu. Sebagai tuan rumah, Indonesia mampu bertengger di atas Thailand yang merupakan negara yang juga disegani pada Cabor Jujitsu. Indonesia berhasil menjadi juara kedua atau runner up dengan selisih lima emas lebih banyak dibandingkan Thailand. Begitu juga perolehan medali perak dan perunggu, Indonesia jauh di atas Thailand.
“Kita sukses menjadi tuan rumah, juga sukses di prestasi walau harus mengakui keunggulan Vietnam,” kata Mahesa.
Pada event kali ini, memang tidak semua negara Asia Tenggara mengirimkan atlet. Setidaknya, enam negara yang berpartisipasi ini tercatat memang sedang bersaing untuk menjadi yang terbaik di cabor jujitsu. Enam negara tersebut adalah: Vietnam, Indonesia, Thailand, Kamboja, Singapura, dan Filipina.
Laga-laga seru yang berlangsung di Liga Bali Arena ini menjadi perhatian dari banyak praktisi beladiri di Bali, terutama jujitsu. Di hari pertandingan, tribun tak pernah sepi dari penonton. Teriakan dukungan tak hanya dari kontingen atlet. Banyak juga penonton yang netral ikut berteriak saat menyaksikan laga demi laga. Laga full contact, menjadi perhatian. Sebab, dua atlet saling baku hantam dengan tenaga penuh yang juga dikombinasikan dengan teknik-teknik pukulan dan bantingan. Begitu juga dengan penampilan atlet-atlet Duo Show.
“Menyaksian mereka tanding, seperti menonton film laga,” kata Eko, seorang penonton.
Data yang dihimpun dari panitia, atlet-atlet yang mewakili Indonesia sebagian merupakan atlet-atlet yang lolos PON XXI/2024 Aceh-Sumut. Ajang ini sekaligus menjadi tryout bagi atlet jelang laga PON XXI, September mendatang.
Jujitsu Asian Regional Championship Southeast Asia 2024 ini juga mempertandingkan kelompok umur: U16, U18, dan U21. Diharapkan, ajang ini bisa memicu pengurus di setiap negara untuk menyiapkan atlet secara berjenjang.
Selain dihadiri oleh Ketum KOI/NOC, event ini juga dihadiri oleh banyak pemerhati olahraga dan mantan-mantan atlet nasional dari cabor lain, satu di antaranya adalah Krisna Bayu. Tentu saja, event ini dihadiri langsung oleh Ketum Pengurus Besar Jujitsu Indonesia (PBJI) Laksdya (Purn) DR Desi Albert Mamahit MSc dan jajaran pengurus lainnya, termasuk Sekjen PBJI, DR Dedy Triharjanto.
“Untuk meningkatkan prestasi atlet, salah satu yang harus dilakukan adalah dengan memperbanyak event,” sebut DA Mamahit. Diharapkan, dengan adanya turnamen regional ini, pengurus di tingkat negara, provinsi hingga kabupaten juga bisa menggelar kejuaraan.
“Nah, dari kejuaraan-kejuaraan itu bisa terseleksi atlet terbaik untuk bertanding di ajang yang lebih tinggi,” kata mantan Kepala Badan Keamanan Laut RI ini.
Bicara event pertandingan, DA Mamahit menyebut, dampak positifnya tak hanya pada prestasi.
“Dunia pariwisata juga berdampak baik. Seperti event di Bali ini, semakin banyak orang yang datang. Semoga ini juga bisa memicu kota lainnya untuk menjadi tuan rumah event berskala internasional,” harap pensiunan jendral TNI bintang tiga ini.
Sementara itu, Ketua Umum Komite Wasit Nasional (KWN) Jujitsu Indonesia, Kolonel Kes Dra Yuni Rukmawati Amd Akup MM, menyebut, selain fokus menggelar event-event berstandar internasional, PBJI melalui KWN juga semakin fokus dan serius menyiapkan SDM wasit Jujitsu Indonesia.
“Salah satu yang kita lakukan adalah dengan menggelar sertifikasi wasit dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional, kontinental hingga dunia,” ujarnya.
Event Jujitsu Asian Regional Championship 2024 ini melibatkan puluhan wasit dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia dengan pengawasan langsung dari Head Referee Jujitsu Asian Union (JJAU), Alexandre Nascimento. (r)